Jumat, 14 April 2017

PENDAPATAN NASIONAL




PENDAPATAN NASIONAL


 
Disusun Oleh :
Astuti Widyaningsih       (B100150019)
Dyah Retno Wardhani       (B100150034)
Novela Sari Adi Astri         (B100150327)
Hindun Tri Atlanti              (B100150346)
Sonny Tri Prasetyo             (B100150348)






FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

BAB 6.
PENGANGGURAN

Pengertaian Pengangguran
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Tingkat pengangguran alamiah bisa dipandang sebagai tingkat pengangguran yang mempengaruhi gravitasi perekonomian dalam jangka panjang, dengan adanya ketidaksempurnaan pasar tenaga kerja yang menyulitkan pekerja dari proses perolehan pekerjaan dengan segera.
6.1 Kehilangan Pekerjaan, Perolehan Pekerjaan, dan Tingkat Pengangguran Alamiah
Setiap hari sebagian pekerja kehilangan atau keluar dari pekerjaannya, dan sebagian lagi yang menganggur diterima bekerja. Pasang surut yang terjadi secara terus menerus ini menentukan bagian dari angkatan kerja yang menganggur. Jika tingkat pengangguran tidak naik atau turun, yaitu jika pasar tenaga kerja berada dalam kondisi mapan maka jumlah orang yang mendapatkan pekerjaan harus sama dengan jumlah orang yang kehilangan pekerjaan.
Jumlah orang yang memperoleh pekerjaan adalah fU dan jumlah orang yang kehilangan pekerjaan adalah sE, sehingga kita bisa menulis kondisi mapan sebagai
fU = sE
 Kita dapat menggunakan persamaan ini untuk mendapatkan tingkat pengangguran kondisi mapan. Dari persamaan sebelumnya, kita ketahui bahwa E= L-U , yaitu jumlah orang yang bekerja sama dengan angkatan kerja dikurangi jumlah pengangguran. Jika kita mengganti (L-U) untuk E dalam kondisi mapan, kita peroleh
fU=s(L-U)
Kita cariU/L
f U/L = s (1-U/L)
U/L = s / s+f
Persamaan ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kondisi mapan U/L bergantung pada tingkat pemutusan kerja s dan tingkat perolehan kerja f. Semakin tinggi tingkat pemutusan kerja, semakin tinggi tingkat pengangguran. Semakin tinggi tingkat perolehan kerja, semakin rendah tingkat pengangguran.
     Meskipun bermanfaat dalam mengaitkan tingkat pengangguran dengan pemutusan kerja dan perolehan kerja, model ini gagal menjawab pertanyan penting, Mengapa ada Pengangguran? Jika seseorang selalu bisa memperoleh kerja dengan cepat, maka ingkat perolehan kerja akan sangat tinggi dan tingkat pengangguran akan mendekati 0. Model tingkatpengangguran ini mengasumsikan bahwa perolehan kerja tidak bersifat instan, tetapi model ini gagal menjelaskan mengapa.

6.2 Pencarian Kerja dan Pengangguran Friksional
Mencari pekerjaan yang tepat membutuhkan waktu serta usaha, dan cenderung mengurangi tingkat perolehan kerja. Pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan orang untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional (frictional unemployment) Perubahan komposisi permintaan antar-industri atau wilayah sebagai pergeseran sektoral (sectoral shift). Karena pergeseran sektoral selalu terjadi, dan karena diperlukan waktu bagi para pekerja untuk mengubah pekerjaan, maka pengangguran friksional selalu terjadi. Selain itu, para pekerja dapat di PHK ketika perusahaannya bangkrut, ketika kinerja merosot, atau ketika keahlian mereka tidak dibutuhkan lagi. Selama penawaran dan permintaan akan tenaga kerja di antara perusahaan berubah, pengangguran friksional tidak hisa dicegah
A.    Kebijakan Publik dan Pengangguran Friksional
Banyak kebijakan publik berusaha menurunkan tingkat pengangguran alamiah dengan mengurangi pengangguran friksional. Program pelatihan ulang yang diadakan oleh pemerintah dirancang untuk memperlancar transisi pekerja dari industri yang sedang menurun ke industri yang sedang tumbuh. Sedangkan program pemerintah lainnya secara tidak sengaja meningkatkan pengangguran friksional. Salah satunya adalah asuransi pengangguran (unemployment insurance). Walaupun asuransi pengangguran meningkatkan tingkat pengangguran alamiah, tidak berarti kebijakan tersebut keliru. Program ini juga memiliki manfaat mengurangi ketidakpastian pekerja tentang pendapatannya.

6.3 Kelakuan Upah Riil dan Pengangguran Struktural
Alasan kedua adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity). Gagalnya upah melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya. Dalam model ekuilibrium pasar tenaga kerja, upah riil berubah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Tetapi upah tidak selalu fleksibel. Kadang kadang upah riil tertahan di atas tingkat kliring-pasar (market-clearing level) atau tingkat ekuilibrium. Pengangguran yang disebabkan oleh kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan disebut pengangguran struktural (structural unemployment).
A.    Undang-Undang Upah Minimum
Bagi sebagian pekerja, terutama yang tidak terdidik dan kurang berpengalaman, upah minimum meningkatkan upah mereka di atas tingkat ekuilibriumnya. Karena itu, upah minimum mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan. Upah minimum memiliki dampak terbesar terhadap pengangguran usia muda. Upah ekuilibrium usia muda cenderung rendah karena dua alasan. Pertama, karena para pekerja usia muda termasuk anggota angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman, mereka cenderung memiliki produktivitas marjinal yang rendah. Kedua, para pemuda seringkali mengambil sebagian dari kompensasi dalam bentuk on-the-job ketimbang bayaran langsung, contohnya magang.
B.    Serikat Pekerja dan Posisi Tawar Menawar Kolektif
Penyebab kekakuan upah yang kedua adalah kekuatan monopoli serikat pekerja. Upah para pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja tidak ditentukan oleh ekuilibrium penawaran dan permintaan, tetapi oleh posisi tawar menawar kolektif antara pimpinan serikat pekerja dan manajemen perusahaan. Sering, kesepakatan akhir meningkatkan upah di atas tingkat ekuilibrium dan memungkinkan perusahaan untuk memutuskan berapa banyak pekerja yang perlu diterima. Hasilnya adalah penurunan jumlah pekerja yang dipekerjakan, tingkat perolehan kerja yang lebih rendah, dan kenaikan pengangguran struktural. Serikat pekerja juga dapat mempengaruhi upah yang dibayar perusahaan yang memiliki angkatan kerja yang tidak menjadi anggota serikat pekerja karena ancaman pembentukan serikat pekerja bisa mempertahankan upah di atas tingkat ekuilibrium.
C.    Upah Efisiensi
Teori upah efiiensi mengajukan penyebab tiga dari kelakuan upah selain undang-undang upah minimum dan pembentukan Serikat pekerja. Teori ini menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. Teori yang kedua menyatakan bahwa upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Teori ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata dari tenaga kerja perusahaan tergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya. Teori keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja

6.4 Pola Pengangguran
A.    Durasi Pengangguran
Di sisi lain , jika sebagian besar pengangguran bersifat friksional dan tidak dapat dihindari. Para pengangguran mungkin memerlukan waktu untuk mencari pekerjaan yang paling cocok dengan keahlian dan selera mereka. Di sisi lain, pengangguran jangka panjang tidak dapat dikatakan terkait dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencocokan pekerjaan sesuai keahlian dan selera. Pengangguran jangka panjang cenderung menjadi pengangguran struktural.
B.    Variasi Tingkat Pengangguran di Antara Kelompok-kelompok Demografis
Tingkat pengangguran sangat bervariasi diantara kelompok-kelompok yang berbeda dalam populasi. Misal para pekerja muda memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi ketimbang para pekerja yang lebih tua.
C.  Tren dalam Pengangguran AS
Selama paruh terakhir abad yang lalu, tingkat pengangguran alamiah di Amerika Serikat tidak pernah stabil. Tingkat pengangguran berkisar di bawah 5% pada tahun 1950-an dan 1960-an, meningkat lebih dari 6% pada tahun 1970-an dan 1980-an, serta turun kembali di bawah 5% pada tahun 1990-an. ~Demografis , menekankan perubahan komposisi angkatan kerja AS. ~Pergeseran Struktural, pada perubahan-perubahan dalam pergeseran sektoral. Semakin besar jumlah realokasi sektoral, semakin besar tingkat pemutusan hubungan kerja dan semakin tinggi tingkat pengangguran friksional.
D.  Transisi Masuk dan Keluar dari Angkatan Kerja
Perubahan angkatan kerja adalah penting. Sekitar sepertiga dari pengangguran adalah pekerja yang baru saja masuk ke dalam angkatan kerja. Individu-individu yang memasuki dan meninggalkan angkatan kerja membuat statistik pengangguran lebih sulit diinterprestasikan. Di sisi lain, sebagian individu yang merasa diri mereka menganggur tidak serius mencari pekerjaan dan mungkin lebih tepat dianggap keluar dari angkatan kerja.
E.   Meningkatnya Pengangguran di Eropa
Sebagian besar negara Eropa memiliki program tunjangan yang sangat dermawan bagi para pengangguran. Program ini berjalan dengan banyak nama: asuransi sosial, masyarakat sejahtera, atau "sumbangan". Banyak negara mengijinkan para pengangguran mendapatkan tunjangan secara tidak terbatas. Studi yang dilakukan menunjukkan bahwa negara-negara dengan lebih banyak tunjangan bagi para pengangguran cenderung memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar