Rabu, 07 Juni 2017

PENAWARAN AGREGAT



PENAWARAN AGREGAT
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Makroekonomika Pengantar Semester IV
Pengampu M.Wahyudin, Prof.Dr.

Oleh:


Kelompok VII
1. Astuti Widyaningsih                    (B100150019)
2.Dyah Retno W                              (B100150034)
3.Novela Sari A S                          (B100150327)
4.Hindun Tri A                                (B100150346)
5.Sonny Tri P                                (B100150348)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017





















Tiga Model Penawaran Agregat

Ketika kelas-kelas dalam ilmu fisika mempelajari tentang bola yang digelindingkan di bidang miring, mereka sering memulainya dengan mengasumsikan ketiadaan friksi. Asumsi tersebut menyederhanakan masalah dan berguna dalam berbagai keadaan, tetapi tidak ada insinyur hebat yang 1-nenggunakan asurnsi ini sebagai uraian tertulis tentang bagaimana dunia sesungguhnya bekerja. Demikian pula, buku ini dimulai dengan teori makroekonomi klasik, tetapi akan menjadi sebuah kesalahan jika kita mengasumsikan bahwa model ini benar untuk semua kondisi. Tugas kita sekarang adalah mempelajari lebih dalam tentang "friksi" dari ilmu makro­ekonorni.

Meskipun masing-masing dari ketiga model itu membawa kita pada jalur teoritis yang berbeda, setiap jalur berakhir pada tempat yang lama. Persinggahan akhir itu adalah persamaan penawaran agregat jangka pendek dalam bentuk
Y  =  Y  + α(P – Pe),               α>0,
di mana Y adalah output, Y adalah tingkat output alami, P adalah tingkat harga, danPeadalah tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menyatakan bahwa output menyimpang dari tingkat alamiah, bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diperkirakan. Parameter α menunjukkan berapa banyak output merespons terhadap perubahan yang tidak arapkan dalam tingkat harga; 1/α adalah kemiringan dari kurva penawaran agregat.
Model Harga-Kaku
Penjelasan pertama kita tentangmengapa kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, disebut sebagai model harga kaku (sticky price model). Model ini memungkinkan bahwa perusahaan tidak secara instan menyesuaikan harga yang mereka tetapkan sebagai respons terhadap perubahan permintaan. Kadang-kadang harga ditetapkan oleh kontrak jangka panjang antara perusahaan dan pelanggan bahkan tanpa kesepakatan formal, perusahaan bisa mempertahankan harga agar tidak merepotkan pelanggantetap mereka dengan sering berubahnya harga. Beberapa harga sulit berubah karena struktur pasar: begitu perusahaan mencetak dan mendistribusikan katalog atau daftar harganya, mengubah harga akan membuutuhkan biaya besar

Untuk melihat bagaimana kekakuan harga bisa membantu: menjelaskan kurva penawaran agregat yang miring ke atas, pertama-tama kita perhatikan keputusan penetapan harga dari tiap-­tiap perusahaan dan kemudian menyatukan keputusan dari banyak perusahaan untuk menjelaskan perilaku perekonomian secara keseluruhan. Ingatlah bahwa model ini mendorong kita untuk mengabaikan asumsi persaingan senipurna, yang kita gunakan sejak Bab 3. Perusahaan­perusahaan persaingan secara sempurna adalah penerima harga (price takers) bukan penentu harga (price setters). Jika kita ingin memperhatikan bagaimana perusahaan menetapkan harga, adalah wajar untuk mengasumsikan bahwa perusahaan ini setidaknya mempunyai kendali nionopoli atas harga-harga yang mereka tetapkan.

Perhatikanlah keputusan penetapan harga yang dihadapi perusahaan tipikal. Harga yang diinginkan perusahaan P tergantung pada dua variabel makroekonomi:
Ø  Tingkat harga keseluruhan P. Tingkat harga yang lebih tinggi menunjukkan bahwa biaya perusahaan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi tingkat harga keseluruhan, semakin besar harga yang akan dibebankan perusahaan atas produknya.
Ø  Tingkat pendapatan agregat Y. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan pern-tintaan terhadap produk perusahaan. Karena biaya niaginal naik pada tingkat produksi yang lebih tinggi, semakin besar permintaan, semakin tinggi harga yang diinginkan perusahaan.

Kita menulis harga yang diinginkan perusahaan sebagai
p = P + α(Y — Y).
Persamaan ini menyatakan bahwa harga yang diinginkan p tergantung pada tingkat harga keseluruhan P dan pada tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alainiah Y — Y. Parameter α (yang lebih besar dari nol) mengukur berapa besar harga yang diinginkan perusahaan untuk menanggapi tingkat output agregat.

Sekarang asumsikanlah bahwa ada dua jenis perusahaan. Sebagian memiliki harga yang fleksibel: perusahaan ini selalu menetapkan harga menurut persamaan ini. Sebagian lain memiliki harga yang kaku: perusahaan ini mencamtumkan harga berdasarkan kondisi perekonomian yang mereka harapkan. Perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga yang mengacu pada
p = Pe + α(YeYe),
dimana sebagaimana sebelumnya, huruf kecil "e" Menunjukannilai yang diharapkan dari sebuah variabel. Untuk mempermudah, asumsikanlah bahwa perusahaan mengharapkan output berada dalam tingkat alamiah, sehingga α (Ye – Ye) adalah nol.kemudian perusahaan ini ,menetapkan harga
p = Pe
Artinya, perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga berdasarkan prediksi bahwa perusahaan-perusahaan lain menetapkan harga yang sama.

Kita bisa menggunakan kaidah penetapan harga dari dua kelompok perusahaan untuk menderivasi persamaan penawaran agregat. Untuk melakukan hal ini, kita mendapatkan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian, yang merupakan rata-rata tertimbang dari harga yang ditetapkan oleh kedua kelompok perusahaan tersebut. jika s adalah fraksi perusahaan dengan harga kaku dan (1 – s) adalah fraksi dengan harga fleksibel, maka tingkat harga keseluruhan adalah
P = sPe + (1  - s)[P + a(Y – Y)].
Simbol pertarna adalah harga dari perusahaan dengan harga-kaku yang ditimbang menurut fraksinya dalam perekonomian, dan simbol kedua adalah harga dari perusahaan dengan harga fleksibel yang ditimbang menurut fraksinya. Sekarang kurangi (1 – s)P dari kedua sisi persamaan ini untuk mendapatkan
sP = sPe + (1 – s) [α(Y – Y)].
Bagilah kedua sisi dengan s untuk mencari tingkat harga keseluruhan:
P = Pe + [(1 – s)α /s](Y – Y).
Kedua simbol dalam persamaan ini dijelaskan sebagai berikut:
Ø  Bila mengharapkan tingkat harga yang tinggi, perusahaan mengharapkan biaya yang tinggi. Perusahaan yang memberlakukan harga tetap pada akhimya menetapkan harga yang tinggi. Harga yang tinggi ini menyebabkan perusahaan lain menetapkan harga yang juga tinggi. jadi, tingkat harga tinggi yang diharapkan Pemenyebabkan tingkat harga aktual P yang tinggi.
Ø  Ketika output tinggi, permintaan terhadap barang juga tinggi. Perusahaan-perusahaan dengan harga fleksibel menetapkan harga yang tinggi, yang menyebabkan tingkat harga menjadi tinggi. Darnpak output terhadap tingkat harga tergantung pada proporsi perusahaan dengan harga fleksibel,

jadi, tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan pada tingkat output.
Manipulasi aljabar ini membentuk persamaan penetapan harga agregat menjadi rumus yang lebih kita kenal
Y = Y + α(P – Pe),
di mana α = s/[l -s)α]. Model harga kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan.
Model Upah Kaku
Untuk menjelaskan mengapa kurva,penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, banyak ekonom meiiekaukau pada lambaunya penyesuaian upah nominal. Dalam banyak industri, upah nominal ditetapkan oleh kontrak jangka panjang, sehingga upah tidak dapat disesuaikan dengan cepat ketika koudisi ekononli berubah. Bahkan dalam industri yang tidak dilindungi oleh kontrak formal, kesepakatan-kesepakatan implicit antara Para pekerja dan perusahaan dapat membatasi perubahan upah. Upah juga bergantung pada norma-norma social darigagasan tentang keadilan yang terus berevolusi. Akibatnya, banyak ekonom percaya bahwa upah nominal adalah kaku dalam jangka pendek.
Model upah kaku (sticky wage model) menunjukkan implikasi dari upah nominal kaku pada penawaran agregat. Untuk mengkaji ulang model tersebut, perhatikanlah apa yang terjadi pada jumlah output yang diproduksi ketika tingkat harga naik.
Para pekerja dan perusahaan menetapkan upah nominal W berdasarkan upah riil target ω dan tingkat harga yang mereka harapkan Pe. Upah nominal yang mereka tetapkan adalah
W =                  ω                     x                      Pe
Upah Nominal = Upah Riil Target x Tingkat Harga yang Diharapkan.
Setelah upah nominal ditetapkan dan sebelum tenaga kerja ditarik, perusahaan mempelajari tingkat harga aktual P. Upah riil kemudian menjadi
W/P =              ω                     x                      (Pe + P)
Upah Riil         = Upah Riil Target         x      

Persamaan ini menunjukan Upah rill menyimpang dari targetnya jika tingkat harga tingkat harga aktual berbeda dari tingkat harga yang diharapkan. Ketika tingkat targa aktual lebilih besar dari yang diharapkan, Upah rill lebih kecil dari targetnya; ketika tingkat harga aktual kurang dari yang diharapkan, Upah riil lebih besar dari targetnya.

Asumsi akhir dari model Upah kaku (sticky wage model) adalah bahwa kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan. Dengan kata lain, tawar-menawar antara pekerja dan perusahaan tidak menentukan tingkat kesempatan kerja untuk selanjutnya; kecuali bila, para pekerja sepakat untuk memberikan tenaga kerja sebanyak yang ingin dipekedakan oleh perusahaan pada tingkat upah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kita menggambarkan keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan dengan fungsi permintaan tenaga kerja
L = Ld (W/P),
yang menyatakan bahwa semakin rendah upah riil, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Kurva permintaan tenaga kerja ditunjukkan pada bagian (a) Gambar 13-1. Output ditentukan oleh fungsi produksi
Y = F(L),
yang rnenyatakan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin banyak output diproduksi. Hal ini ditunjukkan pada bagian (b) Gambar 13-1.

Bagian (c) dari Gambar 13-1 menunjukkan kurva penawaran agregat. Karena upah nominal adalah kaku, perubahan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga menjauhkan upah riil dari upah riil target, dan perubahan Upah riil ini mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang digunakan serta output yang diproduksi. Kurva penawaran agregat bisa ditulis sebagai
Y = + α(P — Pe).
Output menyimpang dari tingkat alamiahnya bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan.

Model InformasiTak Sempurna
Penjelasan ketiga mengenai mengapa kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, adalah yang disebut sebagai model informasi tak sempurna (imperfect-information rnodeO. Tidak seperti kedua model sebelumnya, model ini mengasumsikan bahwa dalarn pasar semua upah dan harga akan betas menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Dalam model, ini, kurva penawaran agregat jangka pendek dan jangka panjang berbeda karma kesalahan persepsi temporer mengenai harga.

Model infomasi tak sempurna mengasumsikan bahwa setiap pemasok dalam perekonorman memproduksi barang tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Karena jumlah barang begitu besar, para pemasok tidak dapat mengamati seluruh harga, baik dalam jangka panjang maupunjangka pendek. Merekamemantau dengan ketat harga barang yang mereka produksi tetapi kurang memantau harga seluruhbarang yang mereka konsumsi. Karena informasi yang tidak sempurna itu, mereka kadang-kadang bingung antara perubahan seluruh tingkat harga dengan perubahan harga relatif. Kebingungan ini menimbulkan hubungan positif antara tingkat harga dan output dalam jangka pendek.
Ringkasnya, model informasi tak sempurna menyatakan bahwa bila harga aktual melebihi harga yang diharapkan, para pemasok akan meningkatkan output mereka. Model tersebut menunjuk-kan kurva penawaran agregat yang sekarang kita kenal:
Y = y + α(P – Pe).
Output menyimpang dari tingkat alamiah bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan.

Perbedaan Internasional dalam Kurva Penawaran Agregat

Meskipun seluruh negara mrngalami fluktuasi ekonomi, fluktuasi ini tidak benar-benar samadi semua negara. Perbedaan internasional menimbulkan teka-teki di dalam, perbedaan itu sendiri, dan seringmemunculkan jalan untuk menguji teori-teori ekonomi alternatif. Mengkaji perbedaan internasional terutamabermanfaat dalam meneliti penawaran agregat.
Model harga kaku juga membuat prediksi tentang kemiringan kurva penawaran agregat jangka pendek. Dalam hal tertentu, model harga kaku memprediksi bahwa tingkat inflasi rata-rata seharusnya mempengaruhi kemiringan kurva penawaran agregat jangka pendek. Bila tingkat inflasi rata-rata adalah tinggi, akan sangat mahal bagi perusahaan untuk mempertahankan harga tetap pada rentang waktu yang panjang. Jadi, perusahaan menyesuaikan harga lebih sering. Penyesuaian harga yang lebih sering ini akan menyebabkan tingkat harga keseluruhan lebih cepat merespons goncangan pada permintaan agregat. jadi, tingkat inflasi yang tinggi seharusnya membuat kurva penawaran agregat jangka pendek lebih curam.
Ingatlah model harga kaku juga dapat menjelaskan penemuan Lucas bahwa negara-negara dengan permintaan agregat yang sering berubah memiliki kurva penawaran agregat yang curam. Jika tingkat harga sangat mudah berubah, tidak banyak perusahaan yang akan menetapkan harga lebih dulu (s akan menjadi kecil). jadi, kurva penawaran agregat akan curam (α akan -menjadi kecil).

lkhtisar dan Implikasi

Kita sudahmelihat tiga model penawaran agregat dan ketidaksempurnaan pasar yang masilig-masing digunakan untuk menjdaskan mengapa kurvapenawaran agregat jangka pendek miring ke alas. Model pertama mengasumsikan bahwa harga bersifat kaku; model kedua penawaran, mengasumsikan bahwa upah nominal bersifat kaku; model ketiga mengasumsikan bahwa informasitentang harga adalah tidak sempurna; Ingatlah bahwa model penawaran agregat ini tidak saling bertentangan. Kita tidak perlu menerima satu model dan menolak yang lain. Ketiga ketidaksempurnaan pasar itu ada di dunia ini, dan seluruhnya memberi kontribusi pada perilaku penawaran agregat jangka pendek.
Meskipun tiga model penawaran agregat berbeda dalam asumsi dan penekanannya, implikasinya terhadap output agregat adalah serupa. Semua bisa diringkas dengan persamaan
Y = Y + a(Pe).
Persamaan ini menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah dikaitkan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan. Jika tingkat harga lebih tinggi dari tingkat harga yang diharapkan, output akan naik melebihi tingkat alamiah. Jika tingkat harga lebih rendah dari tingkat harga yang diharapkan, output turim lebih rendah dari tingkat alamiah. Gambar 13-3 memperlihatkan persamaan ini. Ingatlah bahwa kurva penawaran agregat jangka pendek dibentuk untuk ekspektasi Pe tertentu dan bahwa perubahan dalam Pe akan menggeser kurva itu.

Setelah memiliki pemahaman yang lebih baiktentang penawaran agregat, kita kembali pada penawaran agregat dan permintaan agregat. Gambar 13-4 menggunakan persamaan penawaran agregat untuk menunjukkan bagaimana perekonomian menanggapi kenaikan yang tidak diharapkan dalam permintaan agregat, katakanlah, terhadap ekspansi moneter yang tidak diharapkan. Dalam jangka pendek, ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B. Kenaikan dalam permintaan agregat meningkatkan tingkat harga aktual dari P1, ke P2. Karena orang-orang tidak mengharapkan kenaikan tingkat harga ini, tingkat harga yang diharapkan tetap pada P2, dan output meningkat dari Y1 ke Y2, yaitu di atas tingkat alamiah Y. jadi, ekspansi yang tidak diharapkan dalam permintaan agregat menyebabkan perekonomian mengalami booming,
















Namun demikian ledakan itu tidak abadi. Dalam jangka panjang, tingkat harga yang diharapkan naik untuk menyesuaikan dengan realitas, yang menyebabkan kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri. Karena tingkat harga yang diharapkan naik dari P2e ke P3e, ekuilibrium Perekonomian bergerak dari titik B ke titik C. Tingkat harga aktual naik dari P2 ke P3, dan output turun dari Y2 ke Y3. Dengan kata lain, perekonomian kembali ke tingkat output alamiah dalam jangka panjang, tapi pada tingkat harga yang jauh lebih tinggi.

Analisis ini menunjukkan sebuah prinsip penting, yang dimiliki ketiga model penawaran agregat tersebut: netralitas moneter jangka panjang dan ketidaknetralan moneter jangka pendek Saling kompatibel secara sempurna. Ketidaknetralan jangka pendek ditunjukkan di sini dengan pergerakan dari titik A ke titik B, dan netralitas moneter jangka panjang ditunjukkan dengan pergerakan dari titik A ke titik C. Kita akan merekonsiliasi dampak jangka pendek dan jangka panjang dari uang dengan menekankan penyesuaian ekspektasi tentang tingkat harga.

Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Philips

Dua tujuan yang ingin dicapai Para pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi yang rendah dan pengangguran yang rendah, tetapi sering kali kedua tujuan ini bertentangan. Anggaplah, misalnya, bahwa pembuat kebijakan menggunakan kebijakan fiskal atau moneter untuk memperbesar permintaan agregat. Kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi. (Gambar 13-4 menunjukkan hal ini sebagai perubahan dari titik A ke titik B). Output yang lebih tinggi berarti pengangguran yang lebih rendah, karena perusahaan membutuhkan lebih banyak pekerja ketika memproduksi lebih banyak. Tingkat harga yang tinggi, berdasarkantingkat harga tahun sebelmunya, berarti inflasi yang lebih tinggi. jadi, ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian ke alas sepanjang kurva penawaran agregat: jangka pendek, mereka menurunkan tingkat pengangguran dan menaikkan tingkat inflasi. Sebaliknya, ketika mereka mengontraksi permintaan agregat dan menggerakkan perekonomian ke bawah pada kurva penawaran agregat jangka pendek, pengangguran  dan inflasi turun.

Tradeoff antara inflasi dan pengangguran ini, yang disebut kurva Phillips, adalah topik kita pada bagian ini. sebagaimana kita lihat (dan akan diderivasikan sccara lebih formal), kurva Phillips merupakan refleksi dari kurva penawaran agregat jangka pendek: ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, pengangguran dan inflasi bergerak dalam arah berlawanan. Kurva Phillips adalah cara yang berguna untuk menunjukan penawaran agregat karena inflasi dan pengangguran merupakan ukuran kinerja perekonomian yang penting.
Menderivasi Kurva Phillips dari Kurva Penawaran Agregat

Menderivisi Kurva Phillips dari Kurva Penawaran Agregat

Kurva Phillips (Phillips curve) dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa tingkat inflasi tergantung pada tiga kekuatan:
Ø  Inflasi yang diharapkan;
Ø  Deviasi pengangguran dari tingkat alamiah, yang disebut pengangguran siklis
Ø  Guncangan penawaran.

Tiga kekuatan ini ditunjukkan dalam persamaan berikut:
            Ï€          =          Ï€e                     -           β (u  -  un)                    +          v
            inflasi  =          inflasi              - (β x Pengangguran Siklis)     +  Guncangan
                             yang diharapkan                                                          Penawaran

di mana β adalah parameter yang mengukur respon inflasi terhadap pengangguran siklis. Ingatlah bahwa ada tanda minus sebelum simbol pengangguran siklis: dengan mengasumsikan variabel lainnya tidak berubah, pengangguran yang tinggi cenderung mengurangi inflasi.
Dari manakah persamaan untuk kurva Phillips ini berasal? Meskipun kelihatannya tidak biasa, kita bisa menderivasinya dari persamaan untuk penawaran agregat. Untuk melihat bagaimana caranya, tulislah persamaan penawaran agregat sebagai
P = Pe + (1/a)(Y — Y),
Dengan satu penambahan, satu pengurangan, dan satu substitusi, kita bisa memanipulasi persamaan ini untuk mendapatkan hubungan antara inflasi dan pengangguran.
Inilah tiga tahap tersebut. Pertama, tambahkan sisi kanan persamaan itu dengan guncangan penawaran v untuk menunjukkan per-istiwa eksogen (seperti perub.ahan harga minyak dunia) yang mengubah tingkat harga dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek:
P = Pe + (1/α)(Y- Y) + v.
Selanjutnya, untuk mengubah dari tingkat harga menjadi tingkat inflasi, kurangi tingkat harga tahun lalu P-1 dari kedua sisi persamaan untuk mendapatkan
(P – P-1) = (Pe - P-1 + (1/a)(Y - Y) + v.
Symbol pada sisi kiri, P- P-1, adalah perbedaan antara tingkat harga sekarang dan tingkat harga tahun lalu, yang merupakan inflasi Ï€8simbolpada sisi kanan, Pe - P-1 adalah perbedaanantara tingkat harga yang diharapkan dan tingkat harga tahun lalu, yang merupakan inflasi yang (diharapkan. Ï€8Karna itu, kita bisa mengantiP — P-1 dengan Ï€ dan Pe'- P-1 dengan Ï€e
Ï€= Ï€+(1-α)(Y — Y) + v.
Ketiga, untuk beralih dari output ke pengangguran, ingatlah dari Bab 9 bahwahukum Okun memberikan hubungan antara dua variabel ini. Sato versi dari hukum Okun nienyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah berbanding terbalik dengan penyimpangan pengangguran dari tingkat alamiah; yaitu, bila output lebih tinggi dari tingkat output alamiah, pengangguran lebih rendah daripada tingkat pengangguran alamiah. Kira bisa menulisnya sebagai
(1/α) (Y – Y) = - β(u – ue).
Dengan menggunakan hubungan hukum Okun ini, kita bisa mensubstitusi - β(u- u") untuk (1/α) (Y — Y) dalam persamaan sebelumnya untuk mendapatkan:
Ï€ – Ï€e - β(u – ue) + v
jadi, kita bisa menderivasi persamaan kurva Phillips dari persamaan penawaran agregat.
Seluruh proses aljabar ini menunjukkan satu hal: persamaan kurva Phillips dan persamaan penawaran agregat jangka pendek pada dasarnya menunjukkan gagasan makroekonomi yang sama. Lebih jelasnya, kedua persamaan itu menunjukkan hubungan antara variabel riil dan nominal


kurva penawaran agregat hanyalah dua sisi dari mata uang yang sama.

1 komentar: