PENAWARAN
AGREGAT
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Makroekonomika
Pengantar Semester IV
Pengampu M.Wahyudin,
Prof.Dr.
Oleh:
Kelompok VII
1. Astuti
Widyaningsih (B100150019)
2.Dyah Retno W
(B100150034)
3.Novela Sari A S
(B100150327)
4.Hindun Tri A
(B100150346)
5.Sonny Tri P
(B100150348)
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
Tiga Model Penawaran Agregat
Ketika kelas-kelas dalam ilmu fisika
mempelajari tentang bola yang digelindingkan di bidang miring, mereka sering
memulainya dengan mengasumsikan ketiadaan friksi. Asumsi tersebut
menyederhanakan masalah dan berguna dalam berbagai keadaan, tetapi tidak ada
insinyur hebat yang 1-nenggunakan asurnsi ini sebagai uraian tertulis tentang
bagaimana dunia sesungguhnya bekerja. Demikian pula, buku ini dimulai dengan
teori makroekonomi klasik, tetapi akan menjadi sebuah kesalahan jika kita
mengasumsikan bahwa model ini benar untuk semua kondisi. Tugas kita sekarang
adalah mempelajari lebih dalam tentang "friksi" dari ilmu makroekonorni.
Meskipun masing-masing dari ketiga
model itu membawa kita pada jalur teoritis yang berbeda, setiap jalur berakhir
pada tempat yang lama. Persinggahan akhir itu adalah persamaan penawaran
agregat jangka pendek dalam bentuk
Y
= Y + α(P –
Pe), α>0,
di mana Y adalah output, Y adalah
tingkat output alami, P adalah
tingkat harga, danPeadalah
tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menyatakan bahwa output menyimpang
dari tingkat alamiah, bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang
diperkirakan. Parameter α menunjukkan
berapa banyak output merespons terhadap perubahan yang tidak arapkan dalam
tingkat harga; 1/α adalah kemiringan
dari kurva penawaran agregat.
Model Harga-Kaku
Penjelasan pertama kita
tentangmengapa kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, disebut
sebagai model harga kaku (sticky price
model). Model ini memungkinkan bahwa perusahaan tidak secara instan
menyesuaikan harga yang mereka tetapkan sebagai respons terhadap perubahan
permintaan. Kadang-kadang harga ditetapkan oleh kontrak jangka panjang antara
perusahaan dan pelanggan bahkan tanpa kesepakatan formal, perusahaan bisa
mempertahankan harga agar tidak merepotkan pelanggantetap mereka dengan sering
berubahnya harga. Beberapa harga sulit berubah karena struktur pasar: begitu
perusahaan mencetak dan mendistribusikan katalog atau daftar harganya, mengubah
harga akan membuutuhkan biaya besar
Untuk melihat bagaimana kekakuan harga
bisa membantu: menjelaskan kurva penawaran agregat yang miring ke atas,
pertama-tama kita perhatikan keputusan penetapan harga dari tiap-tiap
perusahaan dan kemudian menyatukan keputusan dari banyak perusahaan untuk
menjelaskan perilaku perekonomian secara keseluruhan. Ingatlah bahwa model ini
mendorong kita untuk mengabaikan asumsi persaingan senipurna, yang kita gunakan
sejak Bab 3. Perusahaanperusahaan persaingan secara sempurna adalah penerima
harga (price takers) bukan penentu
harga (price setters). Jika kita
ingin memperhatikan bagaimana perusahaan menetapkan harga, adalah wajar untuk
mengasumsikan bahwa perusahaan ini setidaknya mempunyai kendali nionopoli atas
harga-harga yang mereka tetapkan.
Perhatikanlah keputusan penetapan
harga yang dihadapi perusahaan tipikal. Harga yang diinginkan perusahaan P tergantung pada dua variabel
makroekonomi:
Ø
Tingkat harga keseluruhan P. Tingkat harga yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa biaya perusahaan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi tingkat
harga keseluruhan, semakin besar harga yang akan dibebankan perusahaan atas
produknya.
Ø
Tingkat pendapatan agregat Y.
Tingkat pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan pern-tintaan terhadap produk
perusahaan. Karena biaya niaginal naik pada tingkat produksi yang lebih tinggi,
semakin besar permintaan, semakin tinggi harga yang diinginkan perusahaan.
Kita menulis harga yang diinginkan
perusahaan sebagai
p = P + α(Y — Y).
Persamaan ini menyatakan bahwa harga
yang diinginkan p tergantung pada
tingkat harga keseluruhan P dan pada
tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alainiah Y — Y. Parameter α (yang lebih besar dari nol) mengukur berapa besar harga yang
diinginkan perusahaan untuk menanggapi tingkat output agregat.
Sekarang asumsikanlah bahwa ada dua
jenis perusahaan. Sebagian memiliki harga yang fleksibel: perusahaan ini selalu
menetapkan harga menurut persamaan ini. Sebagian lain memiliki harga yang kaku:
perusahaan ini mencamtumkan harga berdasarkan kondisi perekonomian yang mereka
harapkan. Perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga yang mengacu pada
p = Pe + α(Ye
– Ye),
dimana sebagaimana sebelumnya, huruf
kecil "e" Menunjukannilai yang diharapkan dari sebuah variabel. Untuk
mempermudah, asumsikanlah bahwa perusahaan mengharapkan output berada dalam
tingkat alamiah, sehingga α (Ye
– Ye) adalah nol.kemudian perusahaan ini ,menetapkan harga
p = Pe
Artinya, perusahaan dengan harga
kaku menetapkan harga berdasarkan prediksi bahwa perusahaan-perusahaan lain
menetapkan harga yang sama.
Kita bisa menggunakan kaidah
penetapan harga dari dua kelompok perusahaan untuk menderivasi persamaan
penawaran agregat. Untuk melakukan hal ini, kita mendapatkan tingkat harga
keseluruhan dalam perekonomian, yang merupakan rata-rata tertimbang dari harga yang
ditetapkan oleh kedua kelompok perusahaan tersebut. jika s adalah fraksi perusahaan dengan harga kaku dan (1 – s) adalah fraksi dengan harga fleksibel,
maka tingkat harga keseluruhan adalah
P = sPe + (1 - s)[P + a(Y – Y)].
Simbol pertarna adalah harga dari
perusahaan dengan harga-kaku yang ditimbang menurut fraksinya dalam
perekonomian, dan simbol kedua adalah harga dari perusahaan dengan harga
fleksibel yang ditimbang menurut fraksinya. Sekarang kurangi (1 – s)P
dari kedua sisi persamaan ini untuk mendapatkan
sP = sPe + (1 – s) [α(Y – Y)].
Bagilah kedua sisi dengan s untuk mencari tingkat harga
keseluruhan:
P = Pe + [(1 – s)α /s](Y
– Y).
Kedua simbol dalam persamaan ini
dijelaskan sebagai berikut:
Ø
Bila mengharapkan tingkat harga yang
tinggi, perusahaan mengharapkan biaya yang tinggi. Perusahaan yang
memberlakukan harga tetap pada akhimya menetapkan harga yang tinggi. Harga yang
tinggi ini menyebabkan perusahaan lain menetapkan harga yang juga tinggi. jadi,
tingkat harga tinggi yang diharapkan Pemenyebabkan
tingkat harga aktual P yang tinggi.
Ø
Ketika output tinggi, permintaan
terhadap barang juga tinggi. Perusahaan-perusahaan dengan harga fleksibel
menetapkan harga yang tinggi, yang menyebabkan tingkat harga menjadi tinggi.
Darnpak output terhadap tingkat harga tergantung pada proporsi perusahaan
dengan harga fleksibel,
jadi, tingkat harga keseluruhan
tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan pada tingkat output.
Manipulasi aljabar ini membentuk
persamaan penetapan harga agregat menjadi rumus yang lebih kita kenal
Y = Y + α(P – Pe),
di mana α = s/[l -s)α]. Model harga kaku menyatakan bahwa
penyimpangan output dari tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan
penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan.
Model Upah Kaku
Untuk menjelaskan mengapa
kurva,penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, banyak ekonom meiiekaukau
pada lambaunya penyesuaian upah nominal. Dalam banyak industri, upah nominal
ditetapkan oleh kontrak jangka panjang, sehingga upah tidak dapat disesuaikan
dengan cepat ketika koudisi ekononli berubah. Bahkan dalam industri yang tidak
dilindungi oleh kontrak formal, kesepakatan-kesepakatan implicit antara Para
pekerja dan perusahaan dapat membatasi perubahan upah. Upah juga bergantung
pada norma-norma social darigagasan tentang keadilan yang terus berevolusi.
Akibatnya, banyak ekonom percaya bahwa upah nominal adalah kaku dalam jangka
pendek.
Model upah kaku (sticky wage model)
menunjukkan implikasi dari upah nominal kaku pada penawaran agregat. Untuk
mengkaji ulang model tersebut, perhatikanlah apa yang terjadi pada jumlah
output yang diproduksi ketika tingkat harga naik.
Para pekerja dan perusahaan
menetapkan upah nominal W berdasarkan
upah riil target ω dan tingkat harga yang mereka harapkan Pe. Upah
nominal yang mereka tetapkan adalah
W = ω x Pe
Upah Nominal = Upah Riil Target x
Tingkat Harga yang Diharapkan.
Setelah upah nominal ditetapkan dan sebelum
tenaga kerja ditarik, perusahaan mempelajari tingkat harga aktual P. Upah riil kemudian menjadi
W/P = ω x (Pe + P)
Upah Riil = Upah Riil Target x
Persamaan ini menunjukan Upah rill
menyimpang dari targetnya jika tingkat harga tingkat harga aktual berbeda dari
tingkat harga yang diharapkan. Ketika tingkat targa aktual lebilih besar dari
yang diharapkan, Upah rill lebih kecil dari targetnya; ketika tingkat harga
aktual kurang dari yang diharapkan, Upah riil lebih besar dari targetnya.
Asumsi akhir dari model Upah kaku (sticky wage model) adalah bahwa
kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan.
Dengan kata lain, tawar-menawar antara pekerja dan perusahaan tidak menentukan
tingkat kesempatan kerja untuk selanjutnya; kecuali bila, para pekerja sepakat
untuk memberikan tenaga kerja sebanyak yang ingin dipekedakan oleh perusahaan
pada tingkat upah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kita menggambarkan
keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan dengan fungsi permintaan
tenaga kerja
L = Ld (W/P),
yang menyatakan bahwa semakin rendah
upah riil, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Kurva
permintaan tenaga kerja ditunjukkan pada bagian (a) Gambar 13-1. Output
ditentukan oleh fungsi produksi
Y = F(L),
yang rnenyatakan bahwa semakin
banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin banyak output diproduksi. Hal ini
ditunjukkan pada bagian (b) Gambar 13-1.
Bagian (c) dari Gambar 13-1
menunjukkan kurva penawaran agregat. Karena upah nominal adalah kaku, perubahan
yang tidak diharapkan dalam tingkat harga menjauhkan upah riil dari upah riil
target, dan perubahan Upah riil ini mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang
digunakan serta output yang diproduksi. Kurva penawaran agregat bisa ditulis sebagai
Y = + α(P — Pe).
Output menyimpang dari tingkat
alamiahnya bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan.
Model InformasiTak Sempurna
Penjelasan ketiga mengenai mengapa kurva
penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, adalah yang disebut sebagai
model informasi tak sempurna (imperfect-information rnodeO. Tidak seperti kedua
model sebelumnya, model ini mengasumsikan bahwa dalarn pasar semua upah dan
harga akan betas menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan
permintaan. Dalam model, ini, kurva penawaran agregat jangka pendek dan jangka
panjang berbeda karma kesalahan persepsi temporer mengenai harga.
Model infomasi tak sempurna
mengasumsikan bahwa setiap pemasok dalam perekonorman memproduksi barang
tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Karena jumlah barang begitu besar, para
pemasok tidak dapat mengamati seluruh harga, baik dalam jangka panjang
maupunjangka pendek. Merekamemantau dengan ketat harga barang yang mereka
produksi tetapi kurang memantau harga seluruhbarang yang mereka konsumsi.
Karena informasi yang tidak sempurna itu, mereka kadang-kadang bingung antara
perubahan seluruh tingkat harga dengan perubahan harga relatif. Kebingungan ini
menimbulkan hubungan positif antara tingkat harga dan output dalam jangka
pendek.
Ringkasnya, model informasi tak
sempurna menyatakan bahwa bila harga aktual melebihi harga yang diharapkan,
para pemasok akan meningkatkan output mereka. Model tersebut menunjuk-kan kurva
penawaran agregat yang sekarang kita kenal:
Y = y + α(P – Pe).
Output menyimpang dari tingkat
alamiah bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan.
Perbedaan Internasional dalam Kurva Penawaran Agregat
Meskipun seluruh negara mrngalami
fluktuasi ekonomi, fluktuasi ini tidak benar-benar samadi semua negara.
Perbedaan internasional menimbulkan teka-teki di dalam, perbedaan itu sendiri,
dan seringmemunculkan jalan untuk menguji teori-teori ekonomi alternatif.
Mengkaji perbedaan internasional terutamabermanfaat dalam meneliti penawaran
agregat.
Model harga kaku juga membuat
prediksi tentang kemiringan kurva penawaran agregat jangka pendek. Dalam hal
tertentu, model harga kaku memprediksi bahwa tingkat inflasi rata-rata
seharusnya mempengaruhi kemiringan kurva penawaran agregat jangka pendek. Bila
tingkat inflasi rata-rata adalah tinggi, akan sangat mahal bagi perusahaan
untuk mempertahankan harga tetap pada rentang waktu yang panjang. Jadi,
perusahaan menyesuaikan harga lebih sering. Penyesuaian harga yang lebih sering
ini akan menyebabkan tingkat harga keseluruhan lebih cepat merespons goncangan
pada permintaan agregat. jadi, tingkat inflasi yang tinggi seharusnya membuat
kurva penawaran agregat jangka pendek lebih curam.
Ingatlah model harga kaku juga dapat
menjelaskan penemuan Lucas bahwa negara-negara dengan permintaan agregat yang
sering berubah memiliki kurva penawaran agregat yang curam. Jika tingkat harga
sangat mudah berubah, tidak banyak perusahaan yang akan menetapkan harga lebih
dulu (s akan menjadi kecil). jadi,
kurva penawaran agregat akan curam (α akan -menjadi kecil).
lkhtisar dan Implikasi
Kita sudahmelihat tiga model
penawaran agregat dan ketidaksempurnaan pasar yang masilig-masing digunakan
untuk menjdaskan mengapa kurvapenawaran agregat jangka pendek miring ke alas.
Model pertama mengasumsikan bahwa harga bersifat kaku; model kedua penawaran,
mengasumsikan bahwa upah nominal bersifat kaku; model ketiga mengasumsikan
bahwa informasitentang harga adalah tidak sempurna; Ingatlah bahwa model
penawaran agregat ini tidak saling bertentangan. Kita tidak perlu menerima satu
model dan menolak yang lain. Ketiga ketidaksempurnaan pasar itu ada di dunia
ini, dan seluruhnya memberi kontribusi pada perilaku penawaran agregat jangka
pendek.
Meskipun tiga model penawaran
agregat berbeda dalam asumsi dan penekanannya, implikasinya terhadap output
agregat adalah serupa. Semua bisa diringkas dengan persamaan
Y = Y + a(Pe).
Persamaan ini menyatakan bahwa
penyimpangan output dari tingkat alamiah dikaitkan dengan penyimpangan tingkat
harga dari tingkat harga yang diharapkan. Jika
tingkat harga lebih tinggi dari tingkat harga yang diharapkan, output akan naik
melebihi tingkat alamiah. Jika tingkat harga lebih rendah dari tingkat harga
yang diharapkan, output turim lebih rendah dari tingkat alamiah. Gambar
13-3 memperlihatkan persamaan ini. Ingatlah bahwa kurva penawaran agregat
jangka pendek dibentuk untuk ekspektasi Pe
tertentu dan bahwa perubahan dalam Pe
akan menggeser kurva itu.
Setelah memiliki pemahaman yang
lebih baiktentang penawaran agregat, kita kembali pada penawaran agregat dan
permintaan agregat. Gambar 13-4 menggunakan persamaan penawaran agregat untuk
menunjukkan bagaimana perekonomian menanggapi kenaikan yang tidak diharapkan
dalam permintaan agregat, katakanlah, terhadap ekspansi moneter yang tidak
diharapkan. Dalam jangka pendek, ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B.
Kenaikan dalam permintaan agregat meningkatkan tingkat harga aktual dari P1, ke P2. Karena
orang-orang tidak mengharapkan kenaikan tingkat harga ini, tingkat harga yang
diharapkan tetap pada P2, dan output meningkat dari Y1 ke
Y2, yaitu di atas tingkat alamiah Y. jadi, ekspansi yang tidak diharapkan dalam permintaan agregat
menyebabkan perekonomian mengalami booming,
Namun demikian ledakan itu tidak
abadi. Dalam jangka panjang, tingkat harga yang diharapkan naik untuk menyesuaikan
dengan realitas, yang menyebabkan kurva penawaran agregat jangka pendek
bergeser ke kiri. Karena tingkat harga yang diharapkan naik dari P2e
ke P3e, ekuilibrium Perekonomian bergerak dari titik B ke
titik C. Tingkat harga aktual naik dari P2 ke P3, dan
output turun dari Y2 ke Y3. Dengan kata lain,
perekonomian kembali ke tingkat output alamiah dalam jangka panjang, tapi pada
tingkat harga yang jauh lebih tinggi.
Analisis ini menunjukkan sebuah
prinsip penting, yang dimiliki ketiga model penawaran agregat tersebut:
netralitas moneter jangka panjang dan ketidaknetralan moneter jangka pendek
Saling kompatibel secara sempurna. Ketidaknetralan jangka pendek ditunjukkan di
sini dengan pergerakan dari titik A ke titik B, dan netralitas moneter jangka
panjang ditunjukkan dengan pergerakan dari titik A ke titik C. Kita akan
merekonsiliasi dampak jangka pendek dan jangka panjang dari uang dengan
menekankan penyesuaian ekspektasi tentang tingkat harga.
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva
Philips
Dua tujuan yang ingin dicapai Para
pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi yang rendah dan pengangguran yang
rendah, tetapi sering kali kedua tujuan ini bertentangan. Anggaplah, misalnya,
bahwa pembuat kebijakan menggunakan kebijakan fiskal atau moneter untuk memperbesar
permintaan agregat. Kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang
kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan
tingkat harga yang lebih tinggi. (Gambar 13-4 menunjukkan hal ini sebagai
perubahan dari titik A ke titik B). Output yang lebih tinggi berarti
pengangguran yang lebih rendah, karena perusahaan membutuhkan lebih banyak
pekerja ketika memproduksi lebih banyak. Tingkat harga yang tinggi,
berdasarkantingkat harga tahun sebelmunya, berarti inflasi yang lebih tinggi.
jadi, ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian ke alas sepanjang
kurva penawaran agregat: jangka pendek, mereka menurunkan tingkat pengangguran
dan menaikkan tingkat inflasi. Sebaliknya, ketika mereka mengontraksi
permintaan agregat dan menggerakkan perekonomian ke bawah pada kurva penawaran
agregat jangka pendek, pengangguran dan
inflasi turun.
Tradeoff antara inflasi dan pengangguran ini, yang disebut kurva Phillips, adalah topik kita pada bagian ini. sebagaimana kita lihat (dan akan diderivasikan
sccara lebih
formal), kurva Phillips merupakan refleksi dari kurva penawaran agregat jangka
pendek: ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva
penawaran agregat jangka pendek, pengangguran dan inflasi bergerak dalam arah
berlawanan. Kurva Phillips adalah cara yang berguna untuk menunjukan penawaran
agregat karena inflasi dan pengangguran merupakan ukuran kinerja perekonomian
yang penting.
Menderivasi Kurva Phillips dari
Kurva Penawaran Agregat
Menderivisi Kurva Phillips dari Kurva Penawaran
Agregat
Kurva Phillips (Phillips curve) dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa tingkat
inflasi tergantung pada tiga kekuatan:
Ø
Inflasi yang diharapkan;
Ø
Deviasi pengangguran dari tingkat
alamiah, yang disebut pengangguran
siklis
Ø Guncangan penawaran.
Tiga kekuatan ini ditunjukkan dalam
persamaan berikut:
π = πe - β
(u
- un) + v
inflasi = inflasi - (β x
Pengangguran Siklis) + Guncangan
yang diharapkan Penawaran
di mana β adalah parameter yang mengukur respon inflasi terhadap
pengangguran siklis. Ingatlah bahwa ada tanda minus sebelum simbol pengangguran
siklis: dengan mengasumsikan variabel lainnya tidak berubah, pengangguran yang
tinggi cenderung mengurangi inflasi.
Dari manakah persamaan untuk kurva
Phillips ini berasal? Meskipun kelihatannya tidak biasa, kita bisa
menderivasinya dari persamaan untuk penawaran agregat. Untuk melihat bagaimana
caranya, tulislah persamaan penawaran agregat sebagai
P = Pe + (1/a)(Y — Y),
Dengan satu penambahan, satu
pengurangan, dan satu substitusi, kita bisa memanipulasi persamaan ini untuk
mendapatkan hubungan antara inflasi dan pengangguran.
Inilah tiga tahap tersebut. Pertama,
tambahkan sisi kanan persamaan itu dengan guncangan penawaran v untuk
menunjukkan per-istiwa eksogen (seperti perub.ahan harga minyak dunia) yang
mengubah tingkat harga dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek:
P = Pe + (1/α)(Y- Y) + v.
Selanjutnya, untuk mengubah dari
tingkat harga menjadi tingkat inflasi, kurangi tingkat harga tahun lalu P-1 dari kedua sisi persamaan
untuk mendapatkan
(P – P-1) = (Pe - P-1 + (1/a)(Y - Y) + v.
Symbol pada sisi kiri, P- P-1, adalah perbedaan antara tingkat harga sekarang dan tingkat
harga tahun lalu, yang merupakan inflasi π8simbolpada sisi kanan, Pe - P-1 adalah perbedaanantara tingkat
harga yang diharapkan dan tingkat harga tahun lalu, yang merupakan inflasi yang
(diharapkan. Ï€8Karna itu, kita bisa mengantiP — P-1 dengan Ï€ dan Pe'- P-1 dengan Ï€e
Ï€= Ï€+(1-α)(Y — Y) + v.
Ketiga, untuk beralih dari output ke
pengangguran, ingatlah dari Bab 9 bahwahukum Okun memberikan hubungan antara dua variabel
ini. Sato versi dari hukum Okun nienyatakan bahwa penyimpangan output dari
tingkat alamiah berbanding terbalik dengan penyimpangan pengangguran dari
tingkat alamiah; yaitu, bila output lebih tinggi dari tingkat output alamiah,
pengangguran lebih rendah daripada tingkat pengangguran alamiah. Kira bisa
menulisnya sebagai
(1/α) (Y – Y) = - β(u – ue).
Dengan menggunakan hubungan hukum Okun
ini, kita bisa mensubstitusi - β(u- u") untuk (1/α) (Y — Y) dalam persamaan sebelumnya untuk mendapatkan:
Ï€ – Ï€e - β(u – ue) + v
jadi, kita bisa menderivasi
persamaan kurva Phillips dari persamaan penawaran agregat.
Seluruh proses aljabar ini menunjukkan
satu hal: persamaan kurva Phillips dan persamaan penawaran agregat jangka
pendek pada dasarnya menunjukkan gagasan makroekonomi yang sama. Lebih
jelasnya, kedua persamaan itu menunjukkan hubungan antara variabel riil dan
nominal
kurva penawaran agregat hanyalah dua
sisi dari mata uang yang sama.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus